Di ruang baca Perpustakaan FK-KMK UGM, pemandangan mahasiswa yang membuka laptop sambil dikelilingi tumpukan artikel jurnal adalah hal yang akrab terlihat. Tetapi jika diperhatikan lebih dekat, ada satu ekspresi yang sering muncul: kebingungan. Bukan karena materi jurnalnya sulit, tetapi karena hal yang tampak sepele – mengatur referensi.
Di balik skripsi, tesis, hingga artikel yang harus terbit di jurnal bereputasi, masalah sitasi sering menjadi penghambat. Beberapa mahasiswa mengaku menghabiskan berjam-jam hanya untuk merapikan daftar pustaka. Ada yang frustrasi karena daftar referensinya berubah total setelah mengedit satu paragraf. Ada pula yang putus asa karena gaya sitasinya dinilai tidak konsisten.
Kondisi inilah yang melatarbelakangi hadirnya SiBaPer Mendeley, salah satu sesi literasi yang paling banyak diminati di Perpustakaan FK-KMK UGM.
“Saya kira saya sudah benar, ternyata masih banyak yang keliru.”
Kalimat itu terlontar dari salah satu peserta sebelum sesi pelatihan berakhir. Ia mengaku sudah lama menggunakan Mendeley, tetapi baru menyadari fitur-fitur kecil yang bisa menghemat waktu, seperti sinkronisasi library, manajemen folder, hingga cara memperbaiki metadata dari PDF yang terbaca tidak sempurna.
Cerita serupa juga datang dari peserta lain yang malu-malu bercerita bahwa ia masih sering memberi nama file seperti “artikel final revisi terbaru fix.pdf”. Setelah pelatihan, ia baru paham bahwa pengaturan library yang rapi adalah langkah awal dari penulisan ilmiah yang efisien.
Beberapa peserta lain tertawa saat mendengar istilah “daftar pustaka patah hati” – istilah yang muncul dari pengalaman mereka ketika referensi tiba-tiba hilang atau berubah berantakan karena lupa menekan tombol Refresh.
Pelatihan ini menjadi ruang aman untuk bercerita. Peserta tidak hanya belajar teknik, tetapi juga saling menguatkan dalam menghadapi tantangan penulisan ilmiah.
Peran Pustakawan: Mengajar, Mendengar, dan Menemani Proses Belajar
Koordinator Perpustakaan FK-KMK UGM, Sukirno, S.IP., M.A, mengatakan bahwa kebutuhan literasi sitasi semakin meningkat dari tahun ke tahun.
“Mahasiswa sekarang dituntut menulis lebih cepat dan lebih rapi. Tapi banyak yang tidak mendapat pendampingan cukup soal sitasi. Melalui SiBaPer Mendeley, kami ingin membantu mereka menghindari stres yang sebenarnya tidak perlu.”
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini lahir dari banyaknya keluhan mahasiswa yang merasa kewalahan saat menghadapi proses penulisan karya ilmiah.
“Setiap minggu ada saja yang datang ke meja layanan hanya untuk bertanya bagaimana cara menata referensi. Dari situ kami sadar, ini bukan sekadar masalah teknis, tapi kebutuhan literasi yang harus dipenuhi.”
Instruktur pelatihan juga menekankan bahwa Mendeley bukan tujuan akhir; yang terpenting adalah pemahaman dasar literasi informasi.
“Aplikasi hanya alat. Yang membuat tulisan ilmiah kuat adalah kemampuan memilih literatur yang tepat dan memahami dasar sitasi. Itu yang terus kami tekankan.”
Menjawab Tantangan Literasi di Era Digital
Di tengah maraknya aplikasi AI writing assistant yang bisa membuat daftar pustaka dalam hitungan detik, tidak sedikit mahasiswa yang kemudian menganggap proses mengelola sitasi bisa sepenuhnya dilimpahkan pada teknologi. Namun, seperti yang diingatkan oleh pustakawan:
“AI itu membantu, tapi tidak selalu akurat. Ada referensi yang sebenarnya tidak ada, ada tahun yang meleset, atau nama jurnal yang keliru. Pengguna tetap harus kritis.”
Di sinilah SiBaPer Mendeley hadir, bukan sekadar memperkenalkan aplikasi, tetapi membangun fondasi literasi digital yang sehat: teliti, kritis, dan mengutamakan integritas akademik.
Lebih dari Pelatihan, Ini Ruang Tumbuh
Pada akhir sesi, banyak peserta memilih tinggal lebih lama. Ada yang mencoba kembali langkah-langkah yang baru dipelajari, ada yang menunjukkan draft skripsinya untuk memastikan sitasinya sudah tepat, dan ada pula yang sekadar bercerita bahwa ia akhirnya merasa lebih tenang menghadapi revisi.
Seorang peserta mengaku lega: “Saya baru sadar, saya bukan satu-satunya yang kebingungan. Rasanya jadi lebih ringan.”
Itulah esensi SiBaPer Mendeley: mengubah kebingungan menjadi keberanian, mengubah tekanan menjadi pengetahuan, dan mengubah proses penulisan ilmiah menjadi perjalanan yang lebih manusiawi.
Dan bagi perpustakaan, program ini bukan sekadar tugas layanan. Ini adalah komitmen untuk menemani setiap mahasiswa melewati bagian paling menantang dari dunia akademik – melalui literasi, pendampingan, dan kepedulian.